Tuesday, December 15, 2009

Upacara Tedhak Siten di jawa

Banyaknya tradisi atau adat yang ada di masyarakat Jawa. Salah satunya adalah tedhak siten. Melalui keluarga suami istri Abdullah Sodiq Esmi Warrasih memaparkan bahwa pengertian dari Tedhak Siten itu sendiri adalah upacara yang di tujukan untuk keselamatan seorang anak yang baru lahir. Upacara ini biasanya dilaksanakan oleh golongan-golongan priyayi atau keluarga pegawai karena upacara ini membutuhkan biaya yang besar.

Slametan itu sendiri sebenarnya merupakan pusat dari sistem upacara dalam agama Kejawen dalam masyarakat Jawa, yang sebenarnya tidak didapati dalam ajaran agama Islam yang murni, ialah agama Islam yang tidak mengalami penyesuaian dan pencampuran dengan konsep-konsep dan unsur-unsur agama Hindu-Jawa yang hidup dalam masyarakat Jawa sebelum kedatangan agama Islam. Demikian maka upacara slametan itu kiranya tidaklah lepas dari konsep religi dari masyarakat Jawa.
UPACARA TEDHAK SITEN
Proses pelaksanaan upacara Tedhak Siten adalah pada waktu seorang anak Jawa dilahirkan, diselenggarakanlah sebuah slametan, untuk si anak, yang sering disebut selametan brokohan, yang diselenggarakan dengan secara sederhana. Selametan ini juga diseleng-garakan pada hari weton pertama dari si anak, yaitu hari ke-35 sesudah kelahirannya, kemudian lagi pada hari weton yang ketiga, dan pada hari weton yang kelima ialah lima kali '35 hari sesudah kelahirannya. Dan hari yang amat penting dalam upacara ini adalah pada hari weton yang ke tujuh dari si anak.
Bagi keluarga yang berada, peristiwa itu dirayakan dengan menanggap wayang kulit semalam suntuk. Upacara pada hari weton yang ketujuh dari kelahiran. sang anak itu dinamakan tedhak siten (turun ke tanah). Pada upacara ini si anak untuk pertama kali ditempatkan dengan tanah, yang berarti bahwa si anak mulai boleh berada di tanah untuk pertama kalinya. Apabila pertunjukan wayang kulit diadakan, maka hal itu dilakukan pada malam sebelum upacara tedhak siten itu dibukukan pada pagi hanya. Penunjukan wayang kulit biasanya berlangsung antara jam 8.00 malam sampai 6.00 keesokan harinya.

Berbagai bentuk sajian maupun perangkat peralatan dari benda perlengkapan upacara disiapkan di bawah pimpinan sang kakek atau nenek dari si anak yang bersangkutan. Upacara Tedhak siten itu sendiri biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar jam 9.00. Perangkat peralatan maupun sajian yang biasanya digunakan untuk upacara ini terdiri dari sebuah kurungan ayam yang cakup uesar, tujuh macam. makanan yang dibuat dari beras ketan, dan sepuluh macam makanan yang berwarna yang disebut jenang, yang terbuat dari tepung beras ketan atau dari beras biasa. Semuanva itu ditetakkan teratur dalam beberapa deret menuju ke sebuah tangga (anda), yang terbuat dari. batang-batang tebu. Sebagai tambahan kadang-kadang juga dilengkapi dengan sayur-mayur, kue dan makanan kecil (pudding). Di dalam kurungan ayam di letakkan berbagai macam benda seperti misalnva pensil. padi, uanglogam, kadang-kadang juga Kepingan emas dan sebagainya.

Setelah perlengkapan yang tersedia itu diatur sedemikian rupa maka mulailah sang kakek atau sang nenek dari si anak menggantungnya dan mulailah upacara tedhak siten. Pertama-tama kalau ada kurungannya maka si anak dimasukkan ke dalam kurungan. la dibiarkan untuk sejenak, sesudah Itu kalau si anak telah mengambil ataupun menyentuh salah satu benda yang tersedia di dalam kurungan, maka anak itu dikeluarkan dan semua kaum keluarga yang hadir ibu, ayah dan para kakaknya secara bergilir menggendongnya dan kakinya di injak-injakkan pada 17 macam kue jadah sampai ke tangga yang terbuat dari batang tebu. Kemudian sang nenek sendiri yang menggendonng si anak untuk di naikkan ke tangga tadi. Kemudian sang nenek mencuci kaki si cucu dengan air kembang setaman ( air dengan aneka warna kembang )
Acara yang terakhir dari thedak siten ini adalah udhunan, yaitu si anak diturunkan ke tanah, disentuhkan kakinya dengan tanah, dan inilah tujuan akhir dari upacara tedahk siten, yaitu mulai hidupnya si anak di tanah. Sesudah itu sang kakek atau sang nenek menaburkan uang logam diantara para orang yang hadir di upacara itu.
mengenai sarana yang digunakan sebagai simbul pada upacara tedhak siten itu menurut karangan Koperberg adalah, tujuh macam warna yang disebut jadah sebagai berikut : jadah putih, jadah abang (merah), jadah kuning, jadah biru, jadah hijau, jadah cemeng (hitam), jenang dodol(kecoklat-coklatan). Selanjutnya ada sepuluh macam kue yang disebut jenang yang dibuat dari tepung beras ketan, kecuali makanan yang berwarna abang putih yang dibuat dari beras biasa. Kesepuluh jenang itu adalah, jenang abang, jenang putih, jenang barong, jenang kuning, jenang biru, jenang cemeng, jenang palang hijau.

Berbagai macam kue itu diletakkan teratur secara berderet dan diletakkan diujung deretan yang terakhir. Tangga yang terbuat dari batang tebu jumlah anak tangganya ada tujuh dan di tempat yang paling atas ada paying-payungan yang melambangkan kebanggaan. Ada juga baskom yang diisi air dengan bunga warna-warni (banyu kembang setaman) , sedangkan diatas kurungan tersebut digantungkan kembang telon (kembang kanthil, kembang melati, kembang kenanga). Adapun, perangkat yang lain yaitu pisang, gumantung, jambu kluthuk, jambu merah. jambu mete, pala kependem, tela kaspe, kacang bersusu, sawi, tela pendem, opak anngin, srabi abang, sejar boreh, siri, gambir, jambe, dan tembakau dsb.
Setelah acara Tedhak Siten selalu dilanjutkan dengan suatu upacara atau kenduren pada sore harinya. Keperluan untuk kenduren adalah : sekol kuluban dan jajan pasar.

KESIMPULAN.

Upacara Tedhak Siten adalah upacara dalam rangka lingkaran hidup individu sekedar sebagai suatu kelengkapan yang harus di lakukan demi keselamatan dan kesejahteraan si anak di tanah. Dan dibutuhkan beberapa kelengkapan-kelengkapan yang telah di sebutkan di atas.

0 comments:

Post a Comment