Menurut William Eberstein (To day’s Ism) fascisme adalah pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu partai yang berwatak atau yang bercorak nasionalis, rasialis, militeritstik dan imperialis.
Perbedaan pokok antara Komunisme dan Fasisme dapat dirumuskan secara singkat dimana Komunisme adalah cara totaliter untuk mengindustrialisasikan masyarakat yang terbelakang, sedangkan Fasisme adalah cara totaliter untuk menyelesaikan konflik-konflik dalam suatu masyarakat yang telah lebih dulu maju industrinya.
Terkait dengan latar belakang sosialnya, Fasisme memiliki daya tarik terutama bagi dua golongan yakni:
1.Golongan kecil kaum industrialis dan tuan-tuan tanah yang bersedia mendanai gerakan-gerakan Fasis dengan harapan mereka akan bebas dari gangguan serikat-serikat buruh mereka.
Misalnya dalam buku I Paid Hitler (1941), Fritz Thyssen salah seorang industrialis baja terkaya di Jerman telah menyumbangkan hartanya sampai jutaan dollar untuk gerakan Fasis. Di Amerika Serikat seorang industrialis terkemuka Henry Ford secara terang-terangan memihak kepada cita-cita Fasisme.
2.Golongan kedua yang mendukung gerakan Fasis adalah adalah kelas menengah bawah dan sebagian besar adalah kalangan pegawai (penerima gaji). Mereka merasa takut jika kemungkinan harus bergabung kembali dengan kaum proletar an melihat Fasisme sebagai sesuatu yang menyelamatkan status dan prestis mereka.
Dengan bertambah lebarnya perbedaan diantara status ekonomi kaum buruh dan para pegawai (karyawan kantor) semakin tidak bersedia golongan tersebut (pegawai) untuk kehilangan apa yang mereka anggap sebagai kedudukan mereka yang wajar dalam masyarakat dan mungkin mereka berpaling pada Fasisme yang dapa dijadikan sebagai kontrol terhadap perserikatan-perserikatan dan organisasi-organisasi lainnya yang baru muncul
3.Selain dua kelompok utama diatas, kelompok sosial yang lain yang ternyata mudah sekali di pengaruhi oleh propaganda Fasisme adalah kelompok Militer. Di jerman misalnya militer mendukung Fasisme karena faktor ketegasan dan kedisiplinan. Di Jepang Fasisme berkembang dengan dukungan yang aktif dan giat dari militer
Dasar-Dasar Psikologis Sistem Totaliter.
Fasisme adalah sistem totaliter dengan menggunakan otoriter dan kekerasan dalam segala macam hubungan baik sosial, politik, ekonomi, budaya maupun lainnya.
Di jerman dan Jepang, kunci menuju pengertian tentang gejala-gejala Fasis terletak pada kekuatan-kekuatan dan tradisi-tradisi sosial yang luas. Di negara tersebut tradisi yang kuat adalah tradisi otoriter, sedangkan demokrasi tidak tertanam dalam kehidupan masyarakat dengan baik. Sebagai akibatnya di Jepang atau di Jerman, orang yang menganut faham Fasis dianggap sebagai orang yang telah berhasil menyesuaikan diri dengan masyarakatnya secara wajar.
Sifat-sifat apakah diantaranya yang dapat dibuktikan dengan pengalaman dan menandakan bahwa kepribadian seseorang itu otoriter atau tertarik pada sistem otoriter berbentuk Fasis adalah: kecenderungan untuk mematuhi dengan paksa cita-cita dan praktek-praktek yang kolot, kekakuan perasaan, kesetiaan yang teguh terhadap golongan sendiri (golongan dalam) disertai dengan kebencian yang dalam pada orang luar, lebih menekankan pada masalah disiplin dan kepatuhan daripada kebebasan dan sepontanitas dalam hubungan-hubungan kemanusiaan (pendidikan, seks, keluarga, keamanan, industri dan pemerintahan.
Unsur-Unsur Doktrin Politik Fasis:
Menurut William Eberstein unsur-unsur ajaran fascisme adalah:
a.Tidak mempercayai pikiran (distrust of reason)
b.Menyanggah persamaan dasar manusia (denial of basic human equality).
c.Etika tingkah laku didasarkan atas kebohongan dan kekerasan (code of behaviour on lies and violence).
Konsep demokrasi jelas menolak cara pandang Fasis yang menilai masalah organisasi ekonomi dan politik dengan prinsip “berbadan hukum” ini dengan dua alasan:
a.Tidaklah selau mudah untuk memisahkan aspek-aspek ekonomi dan politik.
b.Teori demokrasi berpendapat bahwa hanya orang yang punya sepatu yang dapat tahu di mana sepatu itu menggigit: pandangan dan kaum elite yang berkuasa tidak dapat menggantikan pengalaman mereka yang dikuasai. Akhirnya kaum demokrasi menolak anggapan kaum Fasis bahwa anggota-anggota dari suatu kelas lebih unggul dari rakyat lainnya.
klik disini untuk mendownload file versi ppt:
download
0 comments:
Post a Comment